Oleh:Yogi Theo Rinaldi (Chairman)
Klub Buku: Sarana atau Tujuan?
Pada dasarnya dapat memperbincangkan sebuah buku bukanlah tujuan akhir dari membaca itu sendiri. Jika kita konsisten dengan pendapat Mortimer J. Adler mengenai tujuan membaca, tentu pemahaman adalah tujuannya. Perbincangan buku hanya satu sarana yang membantu (aid) seorang pembaca memperoleh pemahaman. Ia hanya sarana (means) bukan tujuan akhir (end). Jadi, membaca dan membincangkan buku, kita simpulkan, memiliki tujuan yang sama, yaitu pemahaman.
Fungsi Keberadaan Klub Buku
Lalu apa fungsi distingtif dari membincangkan sebuah buku? Dari perbincangan buku, kita dapat:
Pertama, mengetahui apakah kamu telah memahami sebuah buku dengan baik ataukah belum, melalui diskusi dengan rekan yang membaca buku yang sama. Dengan sesama rekan, kamu bisa bertukar pendapat, bahkan memperdebatkan suatu pemahaman. Dinamika dialektis, atau proses tanya jawab yang terjadi tentu dapat mengasah dan mempertajam pemahaman kamu;
Kedua, membuat kamu jadi tidak mudah puas dengan pemahaman kamu sendiri. Ini mencegahmu dari "merasa paham" padahal belum, alias belum teruji. Beruntung sekali kalau kamu mendapatkan "sparring partner" yang sudah jauh lebih berpengalaman, memiliki seni menelaah yang baik, dan wawasan pengetahuan yang luas. Pemahamanmu bukan hanya terasah, tetapi juga bertambah dengan apa yang partnermu itu dapatkan dari hasil pembacaannya;
Ketiga, kegiatan membincangkan buku akhirnya dapat, sekurang-kurangnya, sedikit menjawab pertanyaan: apa indikator seseorang sudah memahami suatu buku? Yakni kamu dapat menjelaskan kembali kepada partner kamu dengan baik dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mengasih pikiran yang dilontarkan oleh partner kamu tersebut.
Syarat Utama Sebuah Perbincangan Buku
Ada banyak bentuk perbincangan buku. Pada intinya, membincangkan maksudnya adalah mengkomunikasikan teks dan pemahaman.
Mengapa teks dan pemahaman?
Pertama, jika hanya ada teks tanpa pemahaman, ini tidak menjadi perbincangan yang dimaksud melainkan hanya satu jenis read-aloud, alias membaca ulang secara nyaring. Ia akhirnya tidak ada bedanya dengan audio book yang kini bisa dihasilkan oleh AI. Yang ditekankan jadi hanya simbol huruf atau bunyi dari buku belaka dan tentunya kegiatan ini tidak membawa kita mencapai tujuan utama membaca: pemahaman.
Kedua, jika hanya ada pemahaman tanpa teks, ini akan menjadi tidak bernas (berasas) dan bahkan bisa berbahaya. Bahkan tidak bisa disebut sebagai pemahaman itu sendiri. Banyak yang merasa paham tetapi kemudian gagap ketika diuji secara tekstual. Ini bermakna menguasai teks (mastering the text/book) lebih diutamakan sebelum menyatakan pemahaman apalagi hanya opini pribadi.
Mastering the text maksudnya, sebagai satu contoh, bahwa si pembaca benar-benar dapat mengingat lafal terma dan bunyi proposisi apa yang digunakan penulis. Terma (istilah) dan proposisi merupakan dua komponen terpenting dari suatu teks yang secara khusus digunakan seorang penulis untuk merujuk kepada pengertian (definisi) dan maksud (konsep) tertentu. Tentunya ada alasan mengapa penulis menggunakan kata tertentu sebagai istilah yang boleh jadi memiliki banyak sinonim. Pembahasan ini dapat kita jumpai dalam bahasan level of analytical reading dalam buku How to Read a Book.
Tanpa penguasaan teks, perbincangan akan menjadi liar.
Diskusi jadi tidak memiliki common ground. Sebelum sesama peserta diskusi bisa sampai kepada "common" understanding yang kita sebut the meeting of minds, mereka disyaratkan sama-sama menentukan common ground perbincangan terlebih dahulu. Dalam hal ini, apa yang paling common adalah teks itu sendiri. Jadi common ground di sini bermakna common text.
Alhasil, ketika terjadi silang pendapat antara satu pemahaman dengan pemahaman yang lain dari sesama peserta diskusi, mereka dapat merujuk kembali kepada common text. Mereka mengecek kembali bagaimana sebenarnya "bunyi" terma dan penyataan sang penulis. Kemudian coba dianalisis kembali.
Dari sini kita bisa simpulkan bahwa suatu klub buku harus memiliki titik temu (meeting point) yang sama. Jika kita gunakan istilah communicating a book untuk merujuk 'membincangkan buku', justru maksud dari communicating itu membawa maksud common dan communion. Adler menggunakan istilah frame of reference untuk syarat perbincangan ini. Jadi masing-masing peserta menyepakati batasan-batasan yang ada dalam hal rujukan atau ground-nya.
Jika tidak ada apa yang common sama sekali, tentunya tidak akan ada perbincangan yang sehat. Masing-masing akan saling bersilang pendapat tanpa nas dan juntrungan. Lebih baik lagi jika sesama peserta klub memiliki kepiawaian membaca yang baik (good arts of reading).
Klub Buku: Dari Common Text
Kepada Common Understanding
Dan common text ini tidak betul-betul dapat dipahami dan kemudian dibincangkan dengan baik dan benar ketika si pembaca tidak mempraktikkan disiplin dan seni membaca yang baik. Akhirnya kita bisa simpulkan bahwa perbincangan yang baik, atau diskursus secara umum, mustahil tercipta tanpa disiplin membaca yang baik sebagai pendahuluan atau prasyaratnya.
Specialist Book Club
Lubukata Book Club dirancang dengan framework di atas. Di samping itu nilai lebih Lubukata Book Club adalah sistem kurasi bahan bacaan yang membuatnya menjadi specialist book club. Specialist dalam arti kata para pembaca akan membaca buku-buku dalam satu tema yang sama (seperti pendidikan contohnya) yang ditulis oleh penulis-penulis yang berbeda, boleh jadi dari segi latar belakang pemikiran, pendekatan, persoalan yang diangkat, dan lain sebagainya. Ini ditujukan agar para pembaca dapat memperoleh wawasan yang kaya mengenai satu isu yang spesifik dengan diversifikasi tersebut dalam waktu pembelajaran yang terbatas (satu musim: satu semester).
Di musim selanjutnya, kurasi buku dan tema book club akan berbeda dari musim sebelumnya. Dengan demikian, dalam rentang waktu beberapa waktu ke depan, book club ini diharapkan akan menjadi melting pot para passionate readers dengan minat, latar belakang kajian dan tentu cakrawala pembacaan yang berbeda.
LUBUKATA
+6281211617131
Program: literasi@lubukat.net
Sale: tokobuku@lubukat.net
TADOR COFFEE
Jalan Raya Pasar Minggu, RT.1/RW.1
Pejaten Timur, Pasar Minggu
Jakarta Selatan
follow us:
tb.lubukata
lubukatabookclub
Lubukata Bookstore
tokopedia.com/lubukata